Jumat, 09 Desember 2011

Penerapan pendekatan keagamaan (religius) di SMK kesatrian Purwokerto dalam rangka menanggulangi kenakalan siswa


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Remaja selalu merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, orang tua sibuk dengan pemikiran tentang anaknya yang sedang beranjak remaja, guru kadang-kadang gembira menghadapi anak didiknya yang berprestasi, tapi kadang-kadang pula pusing dan kehilangan akal menghadapi anak didiknya yang berperangai tidak terpuji, menggangu dan meremehkan tata tertib dan disiplin sekolah.    
Sekolah merupakan wahana transformasi ilmu pengetahuan dari generasi ke generasi sehingga sekolah harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Sekolah juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendewasakan anak dan menjadikan mereka sebagai anggota masyarakat yang berguna sesuai dengan perwujudan tujuan nasional yang tercantum dalam UU RI No 20 BAB I Pasal 1 Tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. (UU RI No 20.2003: 78).

Dalam ilmu pendidikan kita mengenal tiga macam lingkungan ketiganya saling memberikan pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam mencapai kedewasaan. Ketiga lingkungan tersebut adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama, karena dalam lingkungan inilah anak pertama kali memperoleh pendidikan dan bimbingan. Keluarga merasa bertanggung jawab terhadap pembentukan watak dan jasmani anak. Dalam pertumbuhan masyarakat modern, orang tua kemudian menyerahkan tanggung jawab akan pendidikan anak, karena tidak semua tugas pendidikan dapat dilaksanakan orang tua, oleh karena itu anak dikirim ke sekolah.
Pendidikan pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua. Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua maka perlu adanya bantuan dari orang lain yang mampu dan mau membantu orang tua dalam pendidikan anaknya, terutama dalam menerapkan berbagai ilmu dan ketrampilan yang selalu berkembang dan dituntut pengembanganya bagi ketrampilan manusia (Zakiyah Darajat, 1993: 53).
Abdul Rahman Shaleh, (2000: 91) mengatakan bahwa pendidikan               di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga, dan sekolah dipandang sebagai jembatan bagi anak untuk menghubungkan kehidupan keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat. Hubungan sekolah terhadap pendidikan antara lain:
1.      Sekolah membantu orang tua mengajarkan pendidikan yang baik serta menanamkan akhlak dan budi pekerti yang baik.
2.      Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan dalam masyarakat yang tidak dapat diberikan di rumah.
3.      Sekolah melatih anak memperoleh ketrampilan seperti membaca, menulis, matematika, menggambar, ilmu pengetahuan alam, ilmu  pengetahuan sosial, pendidikan agama dan sebagainya.
Selanjutnya anak diajarkan menghargai keindahan membedakan yang benar dan yang salah keadilan menghormati agama dan sebagainya. Namun demikian pendidikan juga sering mengalami hambatan dan gangguan oleh adanya ketidakharmonisan perkembangan anak berupa kenakalan dan tidak jarang pula perbuatan pidana dan asusila.
Kenakalan siswa merupakan problematika yang sangat mempengaruhi ketertarikan atau kegagalan suatu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Kenakalan siswa dapat merugikan berbagai pihak yang terkait: pihak orang tua, pihak sekolah, teman, masyarakat, diri sendiri, bangsa dan negara. Kemunculan kenakalan siswa (remaja) disebabkan oleh sifat-sifat suatu struktur sosial dan pola budaya tertentu. Dalam lingkungan keluarga, tetangga dan masyarakat tempat tinggal siswa tersebut (Kartini Kartono, 1986: 82).
Upaya memahami permasalahan-permasalahan bukanlah didasari oleh pemikiran yang berat sebelah, namun diupayakan cara pemecahannya yang baik bukan saja dalam pemahaman permasalahanya tetapi juga dapat diterapkan langkah-langkah konstruktif oleh masyarakat dan bangsa yang bertekad untuk mengembangkan pola pembentukan manusia seutuhnya.
Sesungguhnya masalah kenakalan remaja ialah masalah yang sangat penting mendapat perhatian dari pemerintah, karena kenakalan yang tidak dapat ditanggulangi akan merusak ketentraman umum dan akan menghancurkan diri mereka sendiri (Zakiah Daradjat, 1982: 46).
Tidak kalah pentingnya yang perlu untuk diketahui adalah sejauh mana kenakalan remaja yang menghawatirkan, Hasan Basri menjelaskan sebagai berikut “tindakan yang menyimpang dan dilakukan oleh kelompok remaja dan pemuda ini mendatangkan gangguan terhadap ketenangan, ketentraman dan ketertiban hidup di masyarakat” (2004: 13).
Oleh karena itu remaja adalah generasi harapan masyarakat dan bangsa di masa depan, dalam beberapa tahun kedepan, mereka akan menjadi dewasa dan lalu tua “Syubban al-Yaum, Rijal al-Ghad” Sabda Rasulullah SAW, bahwa “Remaja sekarang adalah orang tua hari esok”. Bermacam-macam mitos telah diletakan masyarakat dipundaknya namun ikhtiar untuk mendapatkan sosok yang diharapkan belumlah maksimal sementara disisi lain usaha yang menghancurkan mereka disadari atau tidak semakin insentif dilaksanakan, sehingga mereka ada yang terpesona dalam dosa dan lupa akan kewajibannya.
Masa depan bangsa dan negara adalah terletak dipundak generasi muda, jika mereka berkembang dengan peningkatan kualitas yang semakin membaik besar harapan kebaikan dan kebahagiaan kehidupan bangsa dapat diharapkan, namun jika terjadi sebaliknya maka keadaan saling menuding dan menyalahkan tidak dapat dihindari sedang permasalahannya.   
Oleh karena itu kenakalan remaja adalah merupakan produk sampingan dari :
1.      Pendidikan masal yang tidak menekankan pendidikan watak dan kepribadian anak.
2.      Kurangnya usaha orang tua dan orang dewasa dalam menanamkan moralitas dan keyakinan beragama pada anak-anak muda.
3.      Kurang ditumbuhkanya tanggung jawab sosial pada anak (Kartini Kartono, 2005: 8).   
Sejak itulah ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya terutama psikologi dan ilmu pendidikan, maka fase-fase perkembangan manusia telah diperinci dan ciri-ciri serta gejala yang tampil pada setiap fase perkembangan itu, masa remaja merupakan pusat perhatian pada fase remaja ini terjadi kegoncangan hal ini tampak dalam tinggkah laku remaja baik di rumah sekolah maupun masyarakat (Sofyan S. Willis, 1981: 19), lebih lanjut dikemukakan bahwa kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah religius pula. Sebaiknya bagi remaja yang kurang mendapatkan pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah dimengerti dorongan seksual (Jalaludin, 1996: 73).
Berdasarkan wawancara pada tanggal 10 Desember 2008 dengan guru SMK Kesatrian Purwokerto yang notabenya adalah salah satu lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan lembaga Yayasan PIRI  YOGYAKARTA, lembaga SMK Kesatrian Purwokerto tak lepas dari masalah kenakalan siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantarnya adalah faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, dan contoh kasus kenakalan tersebut banyak ditemukan antara lain: siswa terkadang membawa kaset/gambar porno ke sekolah dan ada yang tersimpan di Hand Phone (HP), ada juga yang sering berkelahi ataupun tawuran antar sekolah, terkadang juga ada yang sering berkelahi maupun melawan guru dan lain sebagainya padahal dari segi agamanya sudah cenderang baik. Namun pada kenyataanya seperti itu walaupun dari segi agamanya sudah cukup baik.
Dengan hal ini maka penulis merasa tertarik dengan SMK Kesatrian Purwokerto untuk dijadikan objek penelitian tentang “Usaha Penanggulangan Kenakalan Siswa Melalui Penedekatan Religius” karena di SMK Kesatrian Purwokerto juga terjadi kenakalan-kenakalan siswa, meskipun usaha penanggulanganya telah dilaksanakan tetapi hasilnya belum sesuai yang diharapkan.
Untuk menanggulangi kenakalan siswa secara tuntas perlu adanya pengetahuan tentang beberapa faktor penyebab sehingga dapat ditentukan suatu usaha yang efektif dan perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait untuk bekerja sama secara kompak.

B.     Penegasan Istilah   

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul skripsi ini akan penulis uraikan pengertian beberapa  istilah seperti berikut :
  1. Pendekatan religius (keagamaan)
Pendekatan yaitu suatu proses perbuatan usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan suatu yang diteliti (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 237).
Keagamaan (religius) yaitu kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan kepada Tuhan serta segala sesuatu mengenai agama (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 18).
Pendekatan keagamaan (religius) berarti suatu proses untuk mengadakan hubungan suatu masalah dengan aktifitas yang tidak bertentangan dengan ajaran agama atau menghubungkan dengan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas dapatlah diketahui maksud judul skripsi “Pendekatan Religius Sebagai Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMK Kesatrian Purwokerto”, adalah penelitian ilmiah tentang terjadinya kenakalan siswa dan usaha-usaha dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMK Kesatrian Purwokerto baik secara preventif, refresif, kuratif, Pembinaan khusus dan Usaha penanggulangan berdasarkan pendekatan keagamaan.           
  1. Usaha Penanggulangan
Usaha berarti kegiatan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud (WJS. Poerwadarminta, 1984: 1136). Peanggulangan berarti menahan kesukaran, serangan (WJS. Poerwadarminta, 1984: 1013).
Usaha penanggulangan ditegaskan sebagai tindakan menahan kesukaran yang disertai usaha-usaha aktif untuk mengatasi kesukaran tersebut dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan agar tercapai maksud dan tujuan serta hasil yang optimal.
Adapun pendapat lain usaha adalah upaya ikhtiar untuk mencapai suatu apa yang hendak dicapai atau diinginkan (M. Dahlan Al-Barry, 1994 : 770). 
Usaha penanggulangan dalam hal ini merupakan usaha yang dilakukan oleh SMK Kesatrian Purwokerto dalam rangka mencegah dan menanggulagi bentuk kenakalan siswa-siswi SMK Kesatrian Purwokerto melalui beberapa pendekatan.
  1. Kenakalan Siswa
Kenakalan adalah perbuatan anak yang melanggar norma sosial, norma hukum, norma kelampok dan mengganggu ketentraman masyarakat sehingga yang berwajib mengambil tindakan pengamanan (Ari H. Gunawan, 2000: 91).
Kenakalan siswa adalah  perbuatan siswa yang bertentangan dengan peraturan/tata tertib SMK Kesatrian Purwokerto yang dilakukan siswa siswi tersebut, serta melanggar norma yang berlaku di masyarkat sekitarnya.
  1. SMK Kesatrian Purwokerto
SMK Kesatrian Purwokerto adalah merupakan nama sebuah Lembaga Pendidikan setingkat SLTA yang berada di bawah naungan Yayasan PIRI  Yogyakarta, yang beralamat di Jl. Kesatrian No 62 Purwokerto. Akan tetapi yang menjadi target sasaran dalam penelitian oleh penulis adalah siswa yang melakukan kenakalan berupa pelanggaran terhadap tata tertib SMK Kesatrian Purwokerto Tahun Ajaran 2008/2009.
Berdasarkan Penegasan Istilah tersebut di atas dapatlah diketahui maksud judul skripsi “Pendekatan Religius Sebagai Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMK Kesatrian Purwokerto” adalah penelitian ilmiah tentang terjadinya kenakalan remaja, karena objek pembahasan skripsi adalah remaja yang masih aktif dalam bangku sekolah lanjutan tingkat atas (siswa), maka penulis hanya membahas tentang kenakalan siswa yang dilakukan dalam lingkungan sekolah dan faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan yang dilakukan oleh siswa yang berupa pelanggaran terhadap peraturan tata tertib sekolah dan bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh SMK Kesatrian Purwokerto. 

C.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh penulis      di atas, maka penulis membuat rumusan maslah sebagai berikut:
  1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan siswa SMK Kesatrian Purwokerto melakukan kenakalan?.
  2. Bagaimanakah penerapan pendekatan keagamaan (religius) di SMK kesatrian Purwokerto dalam rangka menanggulangi kenakalan siswa?.         






D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.      Tujuan Penelitian
a.       Ingin mengetahui berbagai faktor yang mendorong dan menyebabkan terjadinya kenakalan siswa-siswi di SMK Kesatrian Purwokerto.
b.      Ingin mengetahui cara penanggulangan kenakalan siswa yang telah dilaksanakan oleh pihak sekolah dan usaha yang sebaiknya dilakukan oleh pihak sekolah untuk menanggulangi kenakalan siswa berdasarkan pendekatan keagamaan di SMK Kesatrian Purwokerto.
c.       Untuk mengetahui lebih jelas bentuk-bentuk kenakalan siswa yang terjadi di SMK Kesatrin Prwokerto.
  1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini penulis harapkan dapat berguna untuk:
a.       Bahan informasi ilmiah bagi para pelaku pendidikan dalam upaya menanggulangi kenakalan siswa.
b.      Memperkaya informasi ilmiah bidang bimbingan dan penyuluhan siswa bermasalah.
c.       Untuk memberikan sumbangan ilmiah sebagai upaya mencari solusi jalan keluar bagi siswa yang bermasalah dalam perilaku di sekolah.
d.      Tambahan pengalaman bagi penulis dalam berkiprah nyata di lapangan dunia pendidikan.

E.     Telaah Pustaka

Penelitian tentang penanggulangan kenakalan siswa memang bukan hal yang baru. Diantara penelitian yang dilakukan adalah Ari H. Gunawan dalam buku Sosiologi Pendidikan (Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem pendidikan). Memiliki kesamaan yaitu tentang studi penanggulangan kenakalan siswa.
Ari H. Gunawan melalui Tri Pusat Pendidikan (Keluarga, Sekolah, Masyarakat) dapat melakukan secara bersama-sama dan bahu membahu dalam menangkal kenakalan siswa/remaja dengan penuh kearifan demi tercapainya tujuan mulia dengan resiko sekecil-kecilnya baik oleh pendidik, orang tua, pemuka masyarakat, pemuka agama, penegak hukum, ahli hukum, psikologi, dan pejabat pemerintah, secara preventif maupun secara kuratif.
Menurut Romli Atmasasmita dalam bukunya “Problematika Anak-anak / Remaja” membahas mengenai sebab terjadinya kenakalan siswa dan membedakanya dalam dua faktor, pertama yaitu faktor intern (motivasi intrinsik) yang meliputi :
1.      Faktor kegoncangan jiwa pada anak
2.      Faktor Kedudukan anak dalam keluarga
Kedua yaitu faktor ekstern (motivasi ekstrinsik) yang meliputi :
1.      Faktor lingkungan keluarga
2.      Faktor lingkungan sekolah
3.      Faktor lingkungan masyarakat
Dengan pertimbangan situasi dan kondisi sosial budaya masyarakat indonesia, Sarlito Wirawan berpendapat :
Sebagai pedoman umum, kita dapat menggunakan batasan usia 15-17 tahun dan belum menikah, untuk batasan remaja di Indonesia. Dalam hal ini berarti siswa-siswi SMK Kesatrian Purwokerto termasuk pada golongan masa remaja.
Penelitian tentang kenakalan siswa juga telah dilakukan oleh Muslimah yang berjudul “Studi Tentang Usaha Penanggulangan Delikuensi Anak Berdasarkan Pendekatan keagamaan di STM Bunda Satria Wangon” yang memiliki persamaan dalam usaha penanggulangan kenakalan siswa, tetapi dalam penelitian ini lebih ditekankan pada siswa SMK Kesatrian Purwokerto yang lebih merupakan salah satu sekolah kejuruan yang berada di bawah naungan Yayasan PIRI YOGYAKARTA, yang notabenya adalah sekolah yang berbasis agama. Dalam skripsi yang disusun oleh muslimah disebutkan bahwa usaha penanggulangan kenakalan siswa adalah menggunakan:
  1. Penanggulangan Preventif
Adalah usaha penanggulangan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar kenakalan tidak timbul. Usaha ini dapat dilakukan melalui keluarga, sekolah dan masyarakat.
  1. Penanggulangan Kuratif
Yang dimaksud dengan usaha kuratif dalam menanggulangi kenakalan siswa ialah usaha pencegahan terhadap gejala-gejala kenakalan tersebut, supaya kenakalan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat.


  1. Penanggulangan Represif
Penanggulangan Represif yaitu penanggulangan untuk menghukum seseorang sesuai dengan perbuatannya sehingga adil dan bisa mengubah fungsinya hati nurani untuk hidup susila dan mandiri.
4.  Usaha Pembinaan
Yang dimaksud usaha pembinaan dalam rangka pembinaan generasi yang tangguh dan berkualitas, bermoral, dan mengusahakan agar tidak menjalar kepada siswa yang lain untuk terjun kelembah hitam, dan bagi mereka untuk diarahkan menjadi siswa yang patuh pada peraturan keluarga, sekolah, masyarakat, dan agama.
5. Usaha Penanggulangan
Usaha penanggulangan kenakalan siswa juga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pendidikan agama sebagai pilar pembentukan watak dan kepribadian.
b. Menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung pendidikan agama.
Namun demikian ada sisi perbedaan dalam skripsi yang penulis buat dengan skripsi saudari Muslilimah adalah :
 Penulis berusaha mengungkap faktor-faktor kenakalan siswa dan usaha-usaha penanggulangannya dengan cara pendekatan religius di SMK Kesatrian Purwokerto, sedangkan dalam skripsi yang pernah dibuat oleh saudari Muslimah adalah mengungkap tentang usaha penanggulangan delikuensi anak berdasarkan pendekatan keagamaan di STM Bunda Satria Wangon,
Namun dari segi kesamaan skripsi yang penulis buat dengan skripsi saudari Muslimah yaitu sama-sama meneliti tentang kenakalan siswa dan usaha penanggulanganya, dengan penuh kearifan demi tercapainya tujuan mulia dengan resiko yang sekecil-kecilnya bik oleh pendidik, orang tua, penegak hukum, secara represif, preventif maupun kuratif.
Dari hasil pembahasan diatas penulis tidak menumukan penelitian yang serupa yang ada di SMK Kesatrian Purwokerto, untuk itu penulis mengadakan penelitian tentang “Pendekatan Religius Sebagai Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMK Kesatrian Purwokerto”.

F.     Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2005: 234).
Maksud penulis disini adalah mengambarkan suatu kejadian atau penemuan-penemuan dalam sebuah penelitian dengan disertai data-data yang dapat diperoleh di lapangan, dalam hal ini adalah gambaran tentang faktor-faktor penyebab kenakalan siswa dan usaha penanggulangan dengan menggunakan pendekatan religius di SMK Kesatrian Purwokerto.  


Adapun lokasi penelitian yang penulis gunakan antara lain adalah :
  1. Lokasi Penelitian  
a.       SMK Kesatrian Purwokerto
Penelitian ini dilakukan di SMK Kesatrian Purwokerto yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang berada dibawah naungan lembaga Yayasan PIRI YOGYAKARTA.
SMK Kesatrian Purwokerto merupakan lembaga pendidikan yang berbasis pada bidang agama, dengan memiliki Visi dan Misi yng berbeda dengan sekolah lain. Visi dari SMK Kesatrian Purwokerto adalah “Mencetak tenaga teknisi yang cerdas, kompeten, bertakwa dan berjiwa mandiri” sedangkan misinya adalah :
1.      Sebagai lembaga pendidikan penghasil lulusan yang memiliki   sertifikasi dan taat beragama
2.      Melaksanakan pendidikan dan pembelajaran yang berbasis kompetensi, tetib, disiplin, agamis dan profesional
Setiap lembaga pendidikan tentunya memiliki permasalahan yang berkaitan dengan kenakalan siswa, dan hal itu tidak berbeda dengan SMK Kesatrian Purwokerto yang notabenya merupakan lembaga pendidikan yang berbasis keagamaan. Bentuk-betuk kenakalan siswa juga apat ditemui. Oleh karena itu sangat dibutuhkan langkah-langkah yang tepat guna mencegah dan menanggulangi bentuk-bentuk kenakalan siswa baik oleh sekolah itu sendiri, maupun komponen pendidikan yang lain seperti keluarga, dan masyarakat.
Latar belakang dilakukan penelitian tentang “Pendekatan Religius Sebagai Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMK Kesatrian Purwokerto merupakan salah satu sekolah lanjutan tingkat atas yang berada dibawah naungan lembaga Yayasan PIRI YOGYAKARTA, dan dianggap sebagai sekolah yang  berbasis keagamaan.
Selain itu SMK Kesatrian Purwokerto merupakan satu-satunya yang memiliki ciri khas mengunggulkan agama selain pendidikan umum, sehingga penulis berharap dapat memperoleh informasi bentuk-bentuk pendekatan yang dilakukan SMK Kesatrian Purwokerto terutama dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan siswa melalui pendekatan religius.
b.      Pendukung Penelitian
Sebagai bahan pendukung penelitian ini penulis mengambil beberapa referensi yang berasal dari berbagai sumber. Referensi yang penulis gunakan adalah berasal dari buku-buku pedoman penelitian, selain itu juga berasal dari hasil wawancara serta observasi yang penulis laksanakan.
c.       Sumber Informasi
Sumber informasi yang penulis gunakan adalah berasal dari   Kepala Sekolah, Guru BP/BK, Guru Pendidikan Agama Islam, dan Semua unsur-unsur guru yang lain serta karyawan SMK Kesatrian Purwokerto dan juga dari unsur Komite Sekolah.

  1. Subyek Penelitian
a.       Subyek Utama    
Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti dan menjadi pusat perhatian serta sarana penelitian (Suharsini Arikunto, 2002: 122). Sehubungan dengan pokok masalah penelitian, maka yang menjadi subyek penelitian adalah :
1)      SMK Kesatrian Purwokerto
Data dan informasi yang diperoleh dari Kepala Sekolah SMK Kesatrian Purwokerto mengenai kondisi sekolah secara global, aktifitas sekolah, keadaan guru dan karyawan.
2)      Wali Kelas
Informasi yang dapat digali dari Wali Kelas adalah berupa jenis-jenis kenakalan siswa, prosentase siswa yang nakal, serta bentuk atau usaha penanggulangan siswa yang telah dikakukan.
3)      Guru Bimbingan Konseling
Guru Bimbingan dan Konseling adalah sumber informasi tentang data kenakalan siswa, oleh karena itu kita dapat memperoleh informasi data tentang jenis-jenis kenakalan siswa, faktor-faktor penyebab kenakalan siswa dan usaha penanggulanganya.
4)      Guru Pendidikan Agama Islam
Dari Guru Pendidikan Agama Islam sebagai pelaksana pembelajaran dapat diperoleh informasi tentang nilai agamanya, apakah anak yang nilai agamanya baik karakter anaknya juga baik seperti nilai yang ada didalam raport dan apakah anak yang nilai agamanya kurang baik anaknya juga tidak baik.    
b.      Subyek Pendukung
1)      Guru dan Karyawan
Melalui guru dan karyawan SMK Kesatrian Purwokerto dapat diperoleh informasi tentang sejauh mana peran dan kerjasama dari guru serta karyawan dalam menanggulangi bentuk-bentuk kenakalan siswa, serta upaya pendekatan religius yang telah dilakukan. Selain itu dapat diperoleh informasi juga mengenai pengaruh kenakalan siswa terhadap hasil / nilai pelajarannya.
2)      Komite Sekolah
Melalui Komite Sekolah dapat diperoleh informasi tentang sejauh mana peran dan kerjasama dari guru, karyawan serta sejauh mana usaha dari komite Sekolah untuk memenuhi sarana dan prasarana pendukung sekolah tersebut.
  1. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan menggunakan beberapa metode :
a.       Metode Observasi
Observasi dalam suatu penelitian merupakan cara mengumpulkan data  yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi 1986: 136). Metode ini digunakan untuk menjaraing data tentang situasi dan kondisi, bentuk-bentuk kenakalan siswa serta penyebab kenakalan siswa-siswi di SMK Kesatrian Purwokerto.
b.      Metode Wawancara
Dalam sebuah penelitian wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan, kerangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujun yang telah ditentukan (Anas Sudijono, 1996: 82). Metode ini digunakan sebagai untuk mendapatkan data secara langsung dari Kepala Sekolah, Guru Agama, Wali Kelas, tentang berbai hal yang berhubungan dengan bentuk-bentuk kenakalan, faktor-faktor penyebab dan usaha penanggulanganya.
c.       Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tersimpan atau tercatat sebagai dokumentasi. Dokumen itu digunakan sebagai dasar untuk mengungkap masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini dan dokuman yang diperlukan, yaitu keadaan siswa, guru, karyawan, buku khusus Wali Kelas, dan tata tertib sekolah di SMK Kesatrian Purwokerto.


d. Metode Angket
Metode angket adalah metode yang dilakukan untuk kengumpulkan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Suharsimi Arikunto, 1998: 140)
Maksud dari metode angket menurut penulis adalah membagikan selebaran kertas yang berisi pertanyaan kepada siswa untuk menjawabnya, yang pengisianya dilakukan didalam kelas, lalu setelah selesai menjawab soal tersebut dikumpulkan. Kemudian hasilnya dianalisis.
Angket ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang kenakalan siswa, adapun angket yang yang penulis gunakan adalah jenis angket campuran: tertutup dan terbuka yaitu dimana siswa yang menjadi sasaran angket harus mengisi dengan pemikiran sendiri. Dalm hal ini penulis memberikan angket dengan bentuk pilihan ganda a, b, c, dan d dengan memberikan alasannya.   
  1. Metode Analisis Data 
Agar data yang telah terkumpul dapat di baca dan di pahami maka data tersebut diolah, di sajikan dan di analisis sesuai dengan kepentingannya, karena  dalam penelitan ini menggunakan format studi kasus dan pendekatan kualitatif maka dalam menganalisis datanya memerlukan metode yang dapat mengkaji pokok permasalahan secara mendalam, rinci, tuntas, dan menyeluruh.
Dalam penelitian ini penulis menganalisis data-data yang terkumpul dengan menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif :
a.    Data Kuantitatif
Data yang diperoleh melalui angket yang serupa frekwensi akan penulis analisis dengan mencari presentase dari tiap- tiap kondisi, dengan menggunakan rumus :
  
Keterangan :
P        = Angka prosentase hasil perhitungan
F        = Frekwensi (jumlah kelas)
N       = Number of cases (jumlah populasi)
100%   = Bilangan konstan (Anas Sudjana, 2006: 43).
b. Data kualitatif
Dalam analisis data kualitatif, penulis menggunakan tekhnik analisis kualitatif deskriptif yaitu teknik analisis dengan menggunakan jumlah data maupun presentase dan bertujuan untuk memberikan predikat variabel yang di teliti sesuai dengan kondisi sebenarnya atau apa adanya (Suharsimi Arikunto, 1993: 350).
Analisis diskriptif penulis gunakan untuk mengumpulkan data-data, baik hasil wawancara, dokumentasi, serta observasi kemudian di diskripsikan lalu di tuangkan dalam skripsi dan angket hasil jawaban responden di analisis.
Adapun kesimpulan yang diambil dalam menganalisakan data kualitatif penilis menggunakan metode Induksi dan metode Deduksi sebagai berikut :
a.       Metode Induksi
Metode Induksi yaitu cara berpikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa khsus kongkret itu ditarik generalisasi-generalisai yang bersifat umum (Sutrisno Hadi, 1986: 42). Metode ini digunakan untuk menghubungkan kenakalan siswa dengan pendidian keagamaan yang telah diberikan oleh pihak sekolah, lingkungan baik kelurga maupun masyarakat.
b.      Metode Deduksi
Metode Deduksi yaitu cara berfikir yang berangkat dari masalah yang umum, kemudian untuk menilai peristiwa-peristiwa yang khusus (Sutrisno Hadi, 1986: 37). Metode ini digunakan untuk menghubungkan antara kenakalan siswa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan tersebut, antara lain berasal dari lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat itu sendiri.

G.    Sistematika Penulisan     

Untuk Mempermudah dan membahas serta mengetahui gambaran isi skripsi, penulis membagi skripsi menjadi tiga bagian yaitu:
Pada bagian awal terdiri dari: Halaman judul, Halaman Nota Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Moto, Halaman Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel.
Pada Bagian utama, penulis membagi kedalam lima bab yang terdiri dari bab I: Pendahuluan, yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi.
Bab II: Tinjauan Teoritis tentang Kenakalan Siswa/remaja dan Penanggulanganya meliputi: Pengertian Remaja, Kenakalan Remaja/Siswa, Bentuk-bentuk kenakalan remaja/siswa, Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja/Siswa, Usaha PenangguSiswa.
Bab III : Gambaran Umum SMK Kesatrian Purwokerto yang meliputi Letak dan Keadaan Geografis, Sejarah Berdiri, Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan, Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana.
Bab IV : Memuat Usaha-usaha Mengatasi Kenakalan Siswa Melalui Pendekatan Agama yang terdiri dari: Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa SMK Kesatrian Purwokerto, Faktor-faktor Kenakalan Siswa, Usaha-usaha Sekolah dalam Menanggulangi kenakalan Siswa Melalui Pendekatan Religius.
Bab V : Merupakan bab terakhir sekaligus penutup yang berisi tentang kesimpulan, saran-saran, penutup.
Pada bagian akhir Skripsi ini memuat daftar pustaka serta lampiran-lmpiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar