Jumat, 09 Desember 2011

Minyak But-But/Herba Jawi (minyak ajaib)


Untitled-1Untitled-1                                      
     
Minyak But-But/herba jawi mengandung lebh dari 100 jenis herba yang         disinergikan dengan minyak zaitun dan minyak jawa, termasuk jenis tumbuhan yang digunakan oleh burung but-but untuk membuat sarang.
beda dari yg lain.. Masyarakat sejak dahulu mempercayai minyak ini mampu untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Khasiat dan Cara Pemakaian :
1.      Untuk Patah Tulang dan Memar :
Minyak dipanaskan dan dioleskan di bagian yang patah, lalu dibalut kain,sambil mengkonsumsi radix 6 kapsul sehari.
2.      Untitled-1Untitled-1Untuk Wasir/Ambeyen :
Oleskan di bagian anus yang keluar, sambil mengkonsumsi ficus.
3.      Darah Tinggi dan Lumpuh ( stroke ):
Panaskan minyak ini, oleskan di bagian tengkuk dan bagian tubuh yang sakit sambil mengkonsumsi mengkudu,omega 3 dan malac
4.      Untuk Minyak Urut/ Pijat/ Gosok :
Minyak ini sangat sesuai untuk urut dan pijat karena tidak merusak syaraf kulit
5.      Gigitan Serangga :
Untitled-1Oleskan minyak ini pada bagian yang digigit serangga
6.      Luka-Luka Kecil, Darah Mengucur, Koreng dan Gatal-Gatal :
Oleskan minyak ini pada bagian yang luka dengan menggunakan kapas
7.      Terkena Air Panas, Luka Bakar :
Oleskan perlahan pada bagian yang sakit, dan minyaki terus agar tidak melembung
8.      Diare ( mencret-mencret, keracunan makanan ) :
Diminum satu sendok bersama air hangat
9.      Perut Buncit :
Panaskan minyak ini lalu diurut perlahan di sekitar perut
10.  Kembung Perut :
Minyak ini dipanaskan lalu oleskan pada daun sirih dan tempelkan diperut
11.  Ashma, Batuk :
Minum miyak ini setengah sendok kecil pada waktu malam sebelum tidur, serta dioleskan pada bagian dada kemudian diselimuti
12.  Bayi Sering Menangis di Waktu Malam :
Oleskan minyak ini pada bagian atas kening bayi
13.  Anak Sering Kencing Diwaktu Malam :
Dioleskan di ari-ari/pusar sebelum tidur disamping minum madu asli  
14.  Untuk Katarak dan Sakit Telinga :
Teteskan sedikit  minyak ini pada mata dan telinga yang sakit
15.  Kanker Usus
Ambil satu sendok minyak ini dan sedu dengan air hangat, lalu minumkan.
16.  Wanita Menapouse
Menghilangkan rasa sakit sewaktu bersama suami (dengan cara dioles)
17.  Menguatkan Ereksi
Oleskan dan pijat perlahan pada penis 3 – 5 kali sehari dan 30 menit sebelum berhubungan.
18.  Mengencangkan Payudara yang kendur
Oleskan memutar sambil dipijit perlahan pada payudara 3 – 5 kali sehari.
19.  Melembutkan dan Melembabkan Kulit, dll.
lambang HPAKandungan cocos nucifera oil dengan butiran-butiran yang halus sehingga mudah diserap oleh kulit, mampu melembutkan sekaligus melembabkan kulit. Oleskan minyak ini di wajah sambil dipijat-pijat lembut. Setelah 1 jam bilas dengan air bersih.
UNTUK PEMESANAN HUBUNGI :
Alamat: Jl. Martadireja 1 Rt 3/ 1 Arcawinangun
Purwokerto-Banyumas-Jawa Tengah

 “ Kesehatan bukanlah segala-galanya,tetapi tanpa kesehatan segala-galanya menjadi tidak berarti ”


Penerapan pendekatan keagamaan (religius) di SMK kesatrian Purwokerto dalam rangka menanggulangi kenakalan siswa


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Remaja selalu merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, orang tua sibuk dengan pemikiran tentang anaknya yang sedang beranjak remaja, guru kadang-kadang gembira menghadapi anak didiknya yang berprestasi, tapi kadang-kadang pula pusing dan kehilangan akal menghadapi anak didiknya yang berperangai tidak terpuji, menggangu dan meremehkan tata tertib dan disiplin sekolah.    
Sekolah merupakan wahana transformasi ilmu pengetahuan dari generasi ke generasi sehingga sekolah harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Sekolah juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendewasakan anak dan menjadikan mereka sebagai anggota masyarakat yang berguna sesuai dengan perwujudan tujuan nasional yang tercantum dalam UU RI No 20 BAB I Pasal 1 Tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. (UU RI No 20.2003: 78).

Dalam ilmu pendidikan kita mengenal tiga macam lingkungan ketiganya saling memberikan pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam mencapai kedewasaan. Ketiga lingkungan tersebut adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama, karena dalam lingkungan inilah anak pertama kali memperoleh pendidikan dan bimbingan. Keluarga merasa bertanggung jawab terhadap pembentukan watak dan jasmani anak. Dalam pertumbuhan masyarakat modern, orang tua kemudian menyerahkan tanggung jawab akan pendidikan anak, karena tidak semua tugas pendidikan dapat dilaksanakan orang tua, oleh karena itu anak dikirim ke sekolah.
Pendidikan pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua. Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua maka perlu adanya bantuan dari orang lain yang mampu dan mau membantu orang tua dalam pendidikan anaknya, terutama dalam menerapkan berbagai ilmu dan ketrampilan yang selalu berkembang dan dituntut pengembanganya bagi ketrampilan manusia (Zakiyah Darajat, 1993: 53).
Abdul Rahman Shaleh, (2000: 91) mengatakan bahwa pendidikan               di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga, dan sekolah dipandang sebagai jembatan bagi anak untuk menghubungkan kehidupan keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat. Hubungan sekolah terhadap pendidikan antara lain:
1.      Sekolah membantu orang tua mengajarkan pendidikan yang baik serta menanamkan akhlak dan budi pekerti yang baik.
2.      Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan dalam masyarakat yang tidak dapat diberikan di rumah.
3.      Sekolah melatih anak memperoleh ketrampilan seperti membaca, menulis, matematika, menggambar, ilmu pengetahuan alam, ilmu  pengetahuan sosial, pendidikan agama dan sebagainya.
Selanjutnya anak diajarkan menghargai keindahan membedakan yang benar dan yang salah keadilan menghormati agama dan sebagainya. Namun demikian pendidikan juga sering mengalami hambatan dan gangguan oleh adanya ketidakharmonisan perkembangan anak berupa kenakalan dan tidak jarang pula perbuatan pidana dan asusila.
Kenakalan siswa merupakan problematika yang sangat mempengaruhi ketertarikan atau kegagalan suatu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Kenakalan siswa dapat merugikan berbagai pihak yang terkait: pihak orang tua, pihak sekolah, teman, masyarakat, diri sendiri, bangsa dan negara. Kemunculan kenakalan siswa (remaja) disebabkan oleh sifat-sifat suatu struktur sosial dan pola budaya tertentu. Dalam lingkungan keluarga, tetangga dan masyarakat tempat tinggal siswa tersebut (Kartini Kartono, 1986: 82).
Upaya memahami permasalahan-permasalahan bukanlah didasari oleh pemikiran yang berat sebelah, namun diupayakan cara pemecahannya yang baik bukan saja dalam pemahaman permasalahanya tetapi juga dapat diterapkan langkah-langkah konstruktif oleh masyarakat dan bangsa yang bertekad untuk mengembangkan pola pembentukan manusia seutuhnya.
Sesungguhnya masalah kenakalan remaja ialah masalah yang sangat penting mendapat perhatian dari pemerintah, karena kenakalan yang tidak dapat ditanggulangi akan merusak ketentraman umum dan akan menghancurkan diri mereka sendiri (Zakiah Daradjat, 1982: 46).
Tidak kalah pentingnya yang perlu untuk diketahui adalah sejauh mana kenakalan remaja yang menghawatirkan, Hasan Basri menjelaskan sebagai berikut “tindakan yang menyimpang dan dilakukan oleh kelompok remaja dan pemuda ini mendatangkan gangguan terhadap ketenangan, ketentraman dan ketertiban hidup di masyarakat” (2004: 13).
Oleh karena itu remaja adalah generasi harapan masyarakat dan bangsa di masa depan, dalam beberapa tahun kedepan, mereka akan menjadi dewasa dan lalu tua “Syubban al-Yaum, Rijal al-Ghad” Sabda Rasulullah SAW, bahwa “Remaja sekarang adalah orang tua hari esok”. Bermacam-macam mitos telah diletakan masyarakat dipundaknya namun ikhtiar untuk mendapatkan sosok yang diharapkan belumlah maksimal sementara disisi lain usaha yang menghancurkan mereka disadari atau tidak semakin insentif dilaksanakan, sehingga mereka ada yang terpesona dalam dosa dan lupa akan kewajibannya.
Masa depan bangsa dan negara adalah terletak dipundak generasi muda, jika mereka berkembang dengan peningkatan kualitas yang semakin membaik besar harapan kebaikan dan kebahagiaan kehidupan bangsa dapat diharapkan, namun jika terjadi sebaliknya maka keadaan saling menuding dan menyalahkan tidak dapat dihindari sedang permasalahannya.   
Oleh karena itu kenakalan remaja adalah merupakan produk sampingan dari :
1.      Pendidikan masal yang tidak menekankan pendidikan watak dan kepribadian anak.
2.      Kurangnya usaha orang tua dan orang dewasa dalam menanamkan moralitas dan keyakinan beragama pada anak-anak muda.
3.      Kurang ditumbuhkanya tanggung jawab sosial pada anak (Kartini Kartono, 2005: 8).   
Sejak itulah ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya terutama psikologi dan ilmu pendidikan, maka fase-fase perkembangan manusia telah diperinci dan ciri-ciri serta gejala yang tampil pada setiap fase perkembangan itu, masa remaja merupakan pusat perhatian pada fase remaja ini terjadi kegoncangan hal ini tampak dalam tinggkah laku remaja baik di rumah sekolah maupun masyarakat (Sofyan S. Willis, 1981: 19), lebih lanjut dikemukakan bahwa kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah religius pula. Sebaiknya bagi remaja yang kurang mendapatkan pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah dimengerti dorongan seksual (Jalaludin, 1996: 73).
Berdasarkan wawancara pada tanggal 10 Desember 2008 dengan guru SMK Kesatrian Purwokerto yang notabenya adalah salah satu lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan lembaga Yayasan PIRI  YOGYAKARTA, lembaga SMK Kesatrian Purwokerto tak lepas dari masalah kenakalan siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantarnya adalah faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, dan contoh kasus kenakalan tersebut banyak ditemukan antara lain: siswa terkadang membawa kaset/gambar porno ke sekolah dan ada yang tersimpan di Hand Phone (HP), ada juga yang sering berkelahi ataupun tawuran antar sekolah, terkadang juga ada yang sering berkelahi maupun melawan guru dan lain sebagainya padahal dari segi agamanya sudah cenderang baik. Namun pada kenyataanya seperti itu walaupun dari segi agamanya sudah cukup baik.
Dengan hal ini maka penulis merasa tertarik dengan SMK Kesatrian Purwokerto untuk dijadikan objek penelitian tentang “Usaha Penanggulangan Kenakalan Siswa Melalui Penedekatan Religius” karena di SMK Kesatrian Purwokerto juga terjadi kenakalan-kenakalan siswa, meskipun usaha penanggulanganya telah dilaksanakan tetapi hasilnya belum sesuai yang diharapkan.
Untuk menanggulangi kenakalan siswa secara tuntas perlu adanya pengetahuan tentang beberapa faktor penyebab sehingga dapat ditentukan suatu usaha yang efektif dan perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait untuk bekerja sama secara kompak.

B.     Penegasan Istilah   

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul skripsi ini akan penulis uraikan pengertian beberapa  istilah seperti berikut :
  1. Pendekatan religius (keagamaan)
Pendekatan yaitu suatu proses perbuatan usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan suatu yang diteliti (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 237).
Keagamaan (religius) yaitu kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan kepada Tuhan serta segala sesuatu mengenai agama (W.J.S. Poerwadarminta, 1984: 18).
Pendekatan keagamaan (religius) berarti suatu proses untuk mengadakan hubungan suatu masalah dengan aktifitas yang tidak bertentangan dengan ajaran agama atau menghubungkan dengan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas dapatlah diketahui maksud judul skripsi “Pendekatan Religius Sebagai Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMK Kesatrian Purwokerto”, adalah penelitian ilmiah tentang terjadinya kenakalan siswa dan usaha-usaha dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMK Kesatrian Purwokerto baik secara preventif, refresif, kuratif, Pembinaan khusus dan Usaha penanggulangan berdasarkan pendekatan keagamaan.           
  1. Usaha Penanggulangan
Usaha berarti kegiatan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud (WJS. Poerwadarminta, 1984: 1136). Peanggulangan berarti menahan kesukaran, serangan (WJS. Poerwadarminta, 1984: 1013).
Usaha penanggulangan ditegaskan sebagai tindakan menahan kesukaran yang disertai usaha-usaha aktif untuk mengatasi kesukaran tersebut dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan agar tercapai maksud dan tujuan serta hasil yang optimal.
Adapun pendapat lain usaha adalah upaya ikhtiar untuk mencapai suatu apa yang hendak dicapai atau diinginkan (M. Dahlan Al-Barry, 1994 : 770). 
Usaha penanggulangan dalam hal ini merupakan usaha yang dilakukan oleh SMK Kesatrian Purwokerto dalam rangka mencegah dan menanggulagi bentuk kenakalan siswa-siswi SMK Kesatrian Purwokerto melalui beberapa pendekatan.
  1. Kenakalan Siswa
Kenakalan adalah perbuatan anak yang melanggar norma sosial, norma hukum, norma kelampok dan mengganggu ketentraman masyarakat sehingga yang berwajib mengambil tindakan pengamanan (Ari H. Gunawan, 2000: 91).
Kenakalan siswa adalah  perbuatan siswa yang bertentangan dengan peraturan/tata tertib SMK Kesatrian Purwokerto yang dilakukan siswa siswi tersebut, serta melanggar norma yang berlaku di masyarkat sekitarnya.
  1. SMK Kesatrian Purwokerto
SMK Kesatrian Purwokerto adalah merupakan nama sebuah Lembaga Pendidikan setingkat SLTA yang berada di bawah naungan Yayasan PIRI  Yogyakarta, yang beralamat di Jl. Kesatrian No 62 Purwokerto. Akan tetapi yang menjadi target sasaran dalam penelitian oleh penulis adalah siswa yang melakukan kenakalan berupa pelanggaran terhadap tata tertib SMK Kesatrian Purwokerto Tahun Ajaran 2008/2009.
Berdasarkan Penegasan Istilah tersebut di atas dapatlah diketahui maksud judul skripsi “Pendekatan Religius Sebagai Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMK Kesatrian Purwokerto” adalah penelitian ilmiah tentang terjadinya kenakalan remaja, karena objek pembahasan skripsi adalah remaja yang masih aktif dalam bangku sekolah lanjutan tingkat atas (siswa), maka penulis hanya membahas tentang kenakalan siswa yang dilakukan dalam lingkungan sekolah dan faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan yang dilakukan oleh siswa yang berupa pelanggaran terhadap peraturan tata tertib sekolah dan bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh SMK Kesatrian Purwokerto. 

C.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh penulis      di atas, maka penulis membuat rumusan maslah sebagai berikut:
  1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan siswa SMK Kesatrian Purwokerto melakukan kenakalan?.
  2. Bagaimanakah penerapan pendekatan keagamaan (religius) di SMK kesatrian Purwokerto dalam rangka menanggulangi kenakalan siswa?.         






D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.      Tujuan Penelitian
a.       Ingin mengetahui berbagai faktor yang mendorong dan menyebabkan terjadinya kenakalan siswa-siswi di SMK Kesatrian Purwokerto.
b.      Ingin mengetahui cara penanggulangan kenakalan siswa yang telah dilaksanakan oleh pihak sekolah dan usaha yang sebaiknya dilakukan oleh pihak sekolah untuk menanggulangi kenakalan siswa berdasarkan pendekatan keagamaan di SMK Kesatrian Purwokerto.
c.       Untuk mengetahui lebih jelas bentuk-bentuk kenakalan siswa yang terjadi di SMK Kesatrin Prwokerto.
  1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini penulis harapkan dapat berguna untuk:
a.       Bahan informasi ilmiah bagi para pelaku pendidikan dalam upaya menanggulangi kenakalan siswa.
b.      Memperkaya informasi ilmiah bidang bimbingan dan penyuluhan siswa bermasalah.
c.       Untuk memberikan sumbangan ilmiah sebagai upaya mencari solusi jalan keluar bagi siswa yang bermasalah dalam perilaku di sekolah.
d.      Tambahan pengalaman bagi penulis dalam berkiprah nyata di lapangan dunia pendidikan.

E.     Telaah Pustaka

Penelitian tentang penanggulangan kenakalan siswa memang bukan hal yang baru. Diantara penelitian yang dilakukan adalah Ari H. Gunawan dalam buku Sosiologi Pendidikan (Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem pendidikan). Memiliki kesamaan yaitu tentang studi penanggulangan kenakalan siswa.
Ari H. Gunawan melalui Tri Pusat Pendidikan (Keluarga, Sekolah, Masyarakat) dapat melakukan secara bersama-sama dan bahu membahu dalam menangkal kenakalan siswa/remaja dengan penuh kearifan demi tercapainya tujuan mulia dengan resiko sekecil-kecilnya baik oleh pendidik, orang tua, pemuka masyarakat, pemuka agama, penegak hukum, ahli hukum, psikologi, dan pejabat pemerintah, secara preventif maupun secara kuratif.
Menurut Romli Atmasasmita dalam bukunya “Problematika Anak-anak / Remaja” membahas mengenai sebab terjadinya kenakalan siswa dan membedakanya dalam dua faktor, pertama yaitu faktor intern (motivasi intrinsik) yang meliputi :
1.      Faktor kegoncangan jiwa pada anak
2.      Faktor Kedudukan anak dalam keluarga
Kedua yaitu faktor ekstern (motivasi ekstrinsik) yang meliputi :
1.      Faktor lingkungan keluarga
2.      Faktor lingkungan sekolah
3.      Faktor lingkungan masyarakat
Dengan pertimbangan situasi dan kondisi sosial budaya masyarakat indonesia, Sarlito Wirawan berpendapat :
Sebagai pedoman umum, kita dapat menggunakan batasan usia 15-17 tahun dan belum menikah, untuk batasan remaja di Indonesia. Dalam hal ini berarti siswa-siswi SMK Kesatrian Purwokerto termasuk pada golongan masa remaja.
Penelitian tentang kenakalan siswa juga telah dilakukan oleh Muslimah yang berjudul “Studi Tentang Usaha Penanggulangan Delikuensi Anak Berdasarkan Pendekatan keagamaan di STM Bunda Satria Wangon” yang memiliki persamaan dalam usaha penanggulangan kenakalan siswa, tetapi dalam penelitian ini lebih ditekankan pada siswa SMK Kesatrian Purwokerto yang lebih merupakan salah satu sekolah kejuruan yang berada di bawah naungan Yayasan PIRI YOGYAKARTA, yang notabenya adalah sekolah yang berbasis agama. Dalam skripsi yang disusun oleh muslimah disebutkan bahwa usaha penanggulangan kenakalan siswa adalah menggunakan:
  1. Penanggulangan Preventif
Adalah usaha penanggulangan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar kenakalan tidak timbul. Usaha ini dapat dilakukan melalui keluarga, sekolah dan masyarakat.
  1. Penanggulangan Kuratif
Yang dimaksud dengan usaha kuratif dalam menanggulangi kenakalan siswa ialah usaha pencegahan terhadap gejala-gejala kenakalan tersebut, supaya kenakalan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat.


  1. Penanggulangan Represif
Penanggulangan Represif yaitu penanggulangan untuk menghukum seseorang sesuai dengan perbuatannya sehingga adil dan bisa mengubah fungsinya hati nurani untuk hidup susila dan mandiri.
4.  Usaha Pembinaan
Yang dimaksud usaha pembinaan dalam rangka pembinaan generasi yang tangguh dan berkualitas, bermoral, dan mengusahakan agar tidak menjalar kepada siswa yang lain untuk terjun kelembah hitam, dan bagi mereka untuk diarahkan menjadi siswa yang patuh pada peraturan keluarga, sekolah, masyarakat, dan agama.
5. Usaha Penanggulangan
Usaha penanggulangan kenakalan siswa juga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pendidikan agama sebagai pilar pembentukan watak dan kepribadian.
b. Menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung pendidikan agama.
Namun demikian ada sisi perbedaan dalam skripsi yang penulis buat dengan skripsi saudari Muslilimah adalah :
 Penulis berusaha mengungkap faktor-faktor kenakalan siswa dan usaha-usaha penanggulangannya dengan cara pendekatan religius di SMK Kesatrian Purwokerto, sedangkan dalam skripsi yang pernah dibuat oleh saudari Muslimah adalah mengungkap tentang usaha penanggulangan delikuensi anak berdasarkan pendekatan keagamaan di STM Bunda Satria Wangon,
Namun dari segi kesamaan skripsi yang penulis buat dengan skripsi saudari Muslimah yaitu sama-sama meneliti tentang kenakalan siswa dan usaha penanggulanganya, dengan penuh kearifan demi tercapainya tujuan mulia dengan resiko yang sekecil-kecilnya bik oleh pendidik, orang tua, penegak hukum, secara represif, preventif maupun kuratif.
Dari hasil pembahasan diatas penulis tidak menumukan penelitian yang serupa yang ada di SMK Kesatrian Purwokerto, untuk itu penulis mengadakan penelitian tentang “Pendekatan Religius Sebagai Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMK Kesatrian Purwokerto”.

F.     Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2005: 234).
Maksud penulis disini adalah mengambarkan suatu kejadian atau penemuan-penemuan dalam sebuah penelitian dengan disertai data-data yang dapat diperoleh di lapangan, dalam hal ini adalah gambaran tentang faktor-faktor penyebab kenakalan siswa dan usaha penanggulangan dengan menggunakan pendekatan religius di SMK Kesatrian Purwokerto.  


Adapun lokasi penelitian yang penulis gunakan antara lain adalah :
  1. Lokasi Penelitian  
a.       SMK Kesatrian Purwokerto
Penelitian ini dilakukan di SMK Kesatrian Purwokerto yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang berada dibawah naungan lembaga Yayasan PIRI YOGYAKARTA.
SMK Kesatrian Purwokerto merupakan lembaga pendidikan yang berbasis pada bidang agama, dengan memiliki Visi dan Misi yng berbeda dengan sekolah lain. Visi dari SMK Kesatrian Purwokerto adalah “Mencetak tenaga teknisi yang cerdas, kompeten, bertakwa dan berjiwa mandiri” sedangkan misinya adalah :
1.      Sebagai lembaga pendidikan penghasil lulusan yang memiliki   sertifikasi dan taat beragama
2.      Melaksanakan pendidikan dan pembelajaran yang berbasis kompetensi, tetib, disiplin, agamis dan profesional
Setiap lembaga pendidikan tentunya memiliki permasalahan yang berkaitan dengan kenakalan siswa, dan hal itu tidak berbeda dengan SMK Kesatrian Purwokerto yang notabenya merupakan lembaga pendidikan yang berbasis keagamaan. Bentuk-betuk kenakalan siswa juga apat ditemui. Oleh karena itu sangat dibutuhkan langkah-langkah yang tepat guna mencegah dan menanggulangi bentuk-bentuk kenakalan siswa baik oleh sekolah itu sendiri, maupun komponen pendidikan yang lain seperti keluarga, dan masyarakat.
Latar belakang dilakukan penelitian tentang “Pendekatan Religius Sebagai Penanggulangan Kenakalan Siswa di SMK Kesatrian Purwokerto merupakan salah satu sekolah lanjutan tingkat atas yang berada dibawah naungan lembaga Yayasan PIRI YOGYAKARTA, dan dianggap sebagai sekolah yang  berbasis keagamaan.
Selain itu SMK Kesatrian Purwokerto merupakan satu-satunya yang memiliki ciri khas mengunggulkan agama selain pendidikan umum, sehingga penulis berharap dapat memperoleh informasi bentuk-bentuk pendekatan yang dilakukan SMK Kesatrian Purwokerto terutama dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan siswa melalui pendekatan religius.
b.      Pendukung Penelitian
Sebagai bahan pendukung penelitian ini penulis mengambil beberapa referensi yang berasal dari berbagai sumber. Referensi yang penulis gunakan adalah berasal dari buku-buku pedoman penelitian, selain itu juga berasal dari hasil wawancara serta observasi yang penulis laksanakan.
c.       Sumber Informasi
Sumber informasi yang penulis gunakan adalah berasal dari   Kepala Sekolah, Guru BP/BK, Guru Pendidikan Agama Islam, dan Semua unsur-unsur guru yang lain serta karyawan SMK Kesatrian Purwokerto dan juga dari unsur Komite Sekolah.

  1. Subyek Penelitian
a.       Subyek Utama    
Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti dan menjadi pusat perhatian serta sarana penelitian (Suharsini Arikunto, 2002: 122). Sehubungan dengan pokok masalah penelitian, maka yang menjadi subyek penelitian adalah :
1)      SMK Kesatrian Purwokerto
Data dan informasi yang diperoleh dari Kepala Sekolah SMK Kesatrian Purwokerto mengenai kondisi sekolah secara global, aktifitas sekolah, keadaan guru dan karyawan.
2)      Wali Kelas
Informasi yang dapat digali dari Wali Kelas adalah berupa jenis-jenis kenakalan siswa, prosentase siswa yang nakal, serta bentuk atau usaha penanggulangan siswa yang telah dikakukan.
3)      Guru Bimbingan Konseling
Guru Bimbingan dan Konseling adalah sumber informasi tentang data kenakalan siswa, oleh karena itu kita dapat memperoleh informasi data tentang jenis-jenis kenakalan siswa, faktor-faktor penyebab kenakalan siswa dan usaha penanggulanganya.
4)      Guru Pendidikan Agama Islam
Dari Guru Pendidikan Agama Islam sebagai pelaksana pembelajaran dapat diperoleh informasi tentang nilai agamanya, apakah anak yang nilai agamanya baik karakter anaknya juga baik seperti nilai yang ada didalam raport dan apakah anak yang nilai agamanya kurang baik anaknya juga tidak baik.    
b.      Subyek Pendukung
1)      Guru dan Karyawan
Melalui guru dan karyawan SMK Kesatrian Purwokerto dapat diperoleh informasi tentang sejauh mana peran dan kerjasama dari guru serta karyawan dalam menanggulangi bentuk-bentuk kenakalan siswa, serta upaya pendekatan religius yang telah dilakukan. Selain itu dapat diperoleh informasi juga mengenai pengaruh kenakalan siswa terhadap hasil / nilai pelajarannya.
2)      Komite Sekolah
Melalui Komite Sekolah dapat diperoleh informasi tentang sejauh mana peran dan kerjasama dari guru, karyawan serta sejauh mana usaha dari komite Sekolah untuk memenuhi sarana dan prasarana pendukung sekolah tersebut.
  1. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan menggunakan beberapa metode :
a.       Metode Observasi
Observasi dalam suatu penelitian merupakan cara mengumpulkan data  yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi 1986: 136). Metode ini digunakan untuk menjaraing data tentang situasi dan kondisi, bentuk-bentuk kenakalan siswa serta penyebab kenakalan siswa-siswi di SMK Kesatrian Purwokerto.
b.      Metode Wawancara
Dalam sebuah penelitian wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan, kerangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujun yang telah ditentukan (Anas Sudijono, 1996: 82). Metode ini digunakan sebagai untuk mendapatkan data secara langsung dari Kepala Sekolah, Guru Agama, Wali Kelas, tentang berbai hal yang berhubungan dengan bentuk-bentuk kenakalan, faktor-faktor penyebab dan usaha penanggulanganya.
c.       Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tersimpan atau tercatat sebagai dokumentasi. Dokumen itu digunakan sebagai dasar untuk mengungkap masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini dan dokuman yang diperlukan, yaitu keadaan siswa, guru, karyawan, buku khusus Wali Kelas, dan tata tertib sekolah di SMK Kesatrian Purwokerto.


d. Metode Angket
Metode angket adalah metode yang dilakukan untuk kengumpulkan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Suharsimi Arikunto, 1998: 140)
Maksud dari metode angket menurut penulis adalah membagikan selebaran kertas yang berisi pertanyaan kepada siswa untuk menjawabnya, yang pengisianya dilakukan didalam kelas, lalu setelah selesai menjawab soal tersebut dikumpulkan. Kemudian hasilnya dianalisis.
Angket ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang kenakalan siswa, adapun angket yang yang penulis gunakan adalah jenis angket campuran: tertutup dan terbuka yaitu dimana siswa yang menjadi sasaran angket harus mengisi dengan pemikiran sendiri. Dalm hal ini penulis memberikan angket dengan bentuk pilihan ganda a, b, c, dan d dengan memberikan alasannya.   
  1. Metode Analisis Data 
Agar data yang telah terkumpul dapat di baca dan di pahami maka data tersebut diolah, di sajikan dan di analisis sesuai dengan kepentingannya, karena  dalam penelitan ini menggunakan format studi kasus dan pendekatan kualitatif maka dalam menganalisis datanya memerlukan metode yang dapat mengkaji pokok permasalahan secara mendalam, rinci, tuntas, dan menyeluruh.
Dalam penelitian ini penulis menganalisis data-data yang terkumpul dengan menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif :
a.    Data Kuantitatif
Data yang diperoleh melalui angket yang serupa frekwensi akan penulis analisis dengan mencari presentase dari tiap- tiap kondisi, dengan menggunakan rumus :
  
Keterangan :
P        = Angka prosentase hasil perhitungan
F        = Frekwensi (jumlah kelas)
N       = Number of cases (jumlah populasi)
100%   = Bilangan konstan (Anas Sudjana, 2006: 43).
b. Data kualitatif
Dalam analisis data kualitatif, penulis menggunakan tekhnik analisis kualitatif deskriptif yaitu teknik analisis dengan menggunakan jumlah data maupun presentase dan bertujuan untuk memberikan predikat variabel yang di teliti sesuai dengan kondisi sebenarnya atau apa adanya (Suharsimi Arikunto, 1993: 350).
Analisis diskriptif penulis gunakan untuk mengumpulkan data-data, baik hasil wawancara, dokumentasi, serta observasi kemudian di diskripsikan lalu di tuangkan dalam skripsi dan angket hasil jawaban responden di analisis.
Adapun kesimpulan yang diambil dalam menganalisakan data kualitatif penilis menggunakan metode Induksi dan metode Deduksi sebagai berikut :
a.       Metode Induksi
Metode Induksi yaitu cara berpikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa khsus kongkret itu ditarik generalisasi-generalisai yang bersifat umum (Sutrisno Hadi, 1986: 42). Metode ini digunakan untuk menghubungkan kenakalan siswa dengan pendidian keagamaan yang telah diberikan oleh pihak sekolah, lingkungan baik kelurga maupun masyarakat.
b.      Metode Deduksi
Metode Deduksi yaitu cara berfikir yang berangkat dari masalah yang umum, kemudian untuk menilai peristiwa-peristiwa yang khusus (Sutrisno Hadi, 1986: 37). Metode ini digunakan untuk menghubungkan antara kenakalan siswa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan tersebut, antara lain berasal dari lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat itu sendiri.

G.    Sistematika Penulisan     

Untuk Mempermudah dan membahas serta mengetahui gambaran isi skripsi, penulis membagi skripsi menjadi tiga bagian yaitu:
Pada bagian awal terdiri dari: Halaman judul, Halaman Nota Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Moto, Halaman Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel.
Pada Bagian utama, penulis membagi kedalam lima bab yang terdiri dari bab I: Pendahuluan, yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi.
Bab II: Tinjauan Teoritis tentang Kenakalan Siswa/remaja dan Penanggulanganya meliputi: Pengertian Remaja, Kenakalan Remaja/Siswa, Bentuk-bentuk kenakalan remaja/siswa, Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja/Siswa, Usaha PenangguSiswa.
Bab III : Gambaran Umum SMK Kesatrian Purwokerto yang meliputi Letak dan Keadaan Geografis, Sejarah Berdiri, Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan, Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana.
Bab IV : Memuat Usaha-usaha Mengatasi Kenakalan Siswa Melalui Pendekatan Agama yang terdiri dari: Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa SMK Kesatrian Purwokerto, Faktor-faktor Kenakalan Siswa, Usaha-usaha Sekolah dalam Menanggulangi kenakalan Siswa Melalui Pendekatan Religius.
Bab V : Merupakan bab terakhir sekaligus penutup yang berisi tentang kesimpulan, saran-saran, penutup.
Pada bagian akhir Skripsi ini memuat daftar pustaka serta lampiran-lmpiran.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dikotomi pendidikan sampai hari ini masih menjadi bagian dari Diskursus bagi para pemerhati, tokoh dan masyarakat pendidikan. Pembagian ruang antara pendidikan berperspektif umum dengan pendidikan berbasis agama (Islam). Padahal dalam sebuah proses pendidikan diperlukan adanya integrasi antara pendidikan yang kemudian dikatakan umum dengan pendidikan yang berbasis agama. Dinamisasi pendidikan merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu dan kajian diseluruh komponen pendidikan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya transfer of knowledge dan transfer of value.
Integrasi pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembagan masyarakat tersebut. Karena pendidikan merupakan upaya mentransformasikan dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus. Demikian pula dengan peranan pendidikan Islam dikalangan umat Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan dan menanamkan (menginternalisasikan) dan mentransformasikan nilai-nilai Islam tersebut kepada pribadi generasi penerusnya sehingga nilai-nilai kultural religius yang dicita-citakan dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu.[1]
Apabila dilihat dari segi kehidupan kultural umat manusia, pendidikan Islam merupakan salah satu alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat manusia itu sendiri sebagai suatu alat pendidikan yang dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia (sebagai mahluk pribadi dan sosial) kepada titik optimal kemampuannya untuk memperoleh kesejahteraan hidup didunia dan kebahagiaan hidupnya diakhirat. Maka dalam hal ini, kedayagunaan pendidikan sebagai alat pembudayaan sangat bergantung pada pemegang alat tersebut yaitu para pendidik. Dengan demikian maka para pendidik memegang posisi kunci yang banyak menentukan keberhasilan proses pendidikan sehingga mereka dituntut persyaratan tertentu baik teoritis maupun praktis dalam pelaksaan tugasnya.[2]
Proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai Islam dalam pendidikan Islam sebagai suatu sistem nilai, menjadi pegangan hidup bagi setiap peserta didik. Selanjutnya menjadi rujukan dan menjadi bagian kepribadian dalam menjalani kehidupan sehari-hari.[3]
Tujuan ini tentunya tidak hanya dalam aspek kognitif saja bahkan yang lebih penting lagi adalah aspek afektif dan psikomotornya. Seluruh aspek yang terdapat dalam diri peserta didik harus dipenuhi oleh nilai-nilai Islam untuk mencapai tujuan utama penyelenggaraan pendidikan Islam, menjadi manusia yang sempurna.[4]
Untuk mewujudkan internalisasi nilai-nilai pendidikan Islam, maka seyogyanya segala daya upaya dilakukan, melalui penggunaan sumber belajar yang memadai dan sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Sumber belajar yang dapat digunakan adalah sumber bacaan, meliputi buku, majalah, novel, koran, manuskrip dan sebagainya. Salah satu sumber bacaan yang dapat digunakan adalah novel. Maka kaitannya dengan ini, untuk memahami sebuah karya sastra (novel), paling tidak diperlukan tiga hal, yaitu interpretasi atau penafsiran, analisis atau penguraian dan evaluasi atau penilaian.[5]
Satu hal yang melandasi novel dimasukan sebagai media belajar adalah isi novel yang berupa cerita, yang memuat kisah-kisah yang menarik, ringan, menghibur dan mendidik. Novel mampu mengikat dan menarik perhatian pembaca tanpa memakan waktu lama, menyentuh nurani manusia dalam keadaannya yang utuh, menyeluruh, mendidik perasaan ketuhanan. Novel yang menarik juga memberikan kesempatan mengembangkan pola pikir bagi yang membacanya.[6]
Cerita atau kisah dalam sebuah novel mempunyai fungsi edukasi yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa. Sebagaimana kisah dalam al-Quran dan kisah nabawi yang memiliki keistimewaan merubah aspek psikologis pada seseorang. Disamping itu, kisah edukatif dapat melahirkan kehangatan perasaan dan vitalitas serta aktivitas didalam jiwa, yang selanjutnya memotivasi manusia untuk mengubah perilakunya dan memperbaharui tekadnya sesuai  dengan tuntutan, perjalanan dan akhir kisah serta pengambilan pelajaran dari isi novel tersebut.[7]
Belakangan ini dunia pendidikan telah dihadapkan oleh pemandangan baru, dimana peserta didik tidak harus bertemu gurunya. Untuk mendapatkan ilmu, dia cukup menghadap komputer yang tersambung dengan sistem internet. Fenomena lain juga terlihat dari buku novel yang semakin digemari dan menjadi bahan referensi di masyarakat. Novel Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan sebagainya telah menjadi sumber rujukan dalam memotivasi untuk mencari ilmu. Menjadikannya sebagai sumber inspirasi dalam mentransfer nilai-nilai pendidikan Islam bagi siapa saja yang dapat membaca dan mengilhaminya terutama bagi peserta didik.
Novel fenomenal Laskar Pelangi karya Andrea Hirata merupakan hasil karya emas anak bangsa. Salah satu karya monumental bagi dunia sastra dan kepenulisan yang mengajak generasi sekarang untuk membangun peradaban bangsanya. Kaitannya dengan dunia pendidikan yang menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian seseorang (personal development) dan menanamkan rasa tanggung jawab kepada yang membacanya. Tentunya tidak semua novel bisa menjadi media pendidikan. Novel yang menjadi media pendidikan adalah novel yang memuat nilai-nilai cerita yang mendidik manusia secara menyeluruh. Sedangkan cerita yang baik adalah cerita yang mampu mendidik akal budi, imajinasi dan etika seorang anak serta mengembangkan potensi pengetahuan yang dimiliki.[8]
Novel pertama Andrea Hirata, Laskar Pelangi, telah berkembang bukan hanya sebagai bacaan sastra, namun sebagai referensi ilmiah. Novel ini banyak dirujuk untuk penulisan skripsi, tesis dan telah diseminarkan oleh birokrat untuk menyusun rekomendasi kebijakan pendidikan.[9]
Novel Laskar Pelangi menjadi sebuah karya fenomenal. Kehadirannya begitu memukau di semua kalangan. Masyarakat begitu antusias untuk membacanya. Pesan moralnya begitu kuat, paling tidak ada tiga hal besar pesan pentingnya, yaitu rasa optimisme, semangat belajar dan semangat mengejar cita-cita. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata menggambarkan sekelumit sisi lain (yang ironis) dari dunia pendidikan di Indonesia. Berisikan tentang memoar masa kecil Andrea Hirata.  
Pada tahun 1970-an di tanah Bangka Belitung yang kaya dengan tambang timah dan di tengah-tengah hingar-bingar karyawan penambangan timah, berdiri sebuah Sekolah Dasar (SD) yang reot dan miskin, yaitu SD Muhammadiyah Gantong. Kemiskinan itu dilatarbelakangi oleh para siswanya yang mempunyai background keluarga kelas bawah. Meski demikian, para pendidiknya (Pak Harfan dan Ibu Muslimah) berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan eksistensi sekolahnya. Mereka beranggapan bahwa sekolah tersebut adalah warisan luhur yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Karena sekolah ini, adalah satu-satunya (di tanah Belitong) yang mengajarkan  antara ilmu dan agama.
Dengan segala keterbatasan, Sekolah Dasar tersebut ternyata mempunyai para siswa yang pintar dan penuh dengan bakat. Misalnya, Lintang yang cerdas dalam ilmu matematika dan Mahar yang berbakat dalam bidang seni. Keduanya membawa nama harum sekolah, saat mereka menjadi juara I (satu) dalam kompetisi cerdas cermat antar Sekolah Dasar se kecamatan. Hanya saja, kecerdasan mereka tak bisa tersalurkan dengan baik dan memaksa mereka untuk putus sekolah. Karena himpitan hidup keluarga yang menuntut mereka untuk bekerja membantu perekonomian keluarga.
Perjuangan para pendidik dan para siswa dalam mempertahankan eksistensi Sekolah Dasar mereka memang luar biasa. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, mereka mampu mengantarkan dan melahirkan generasi muda yang tidak mudah untuk menyerah, selalu optimis dalam mengejar cita-cita. Terbukti, Andrea Hirata sebagai mantan siswa SD Muhammadiyah Gantong telah menjadi seseorang yang berhasil dan sukses meraih mimpi dan cita-citanya. Sekelumit penggalan cerita di atas, mendeskripsikan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam perjalanan hidup yang terangkum dalam memoar Novel Laskar Pelangi memberikan inspirasi, makna dan nilai, terutama nilai-nilai pendidikan Islam.
Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini, bagaimana melakukan eksplorasi atas kandungan nilai-nilai pendidikan Islam. Apabila dilihat dari deskripsi cerita dalam Novel Laskar Pelangi, penuh dengan perjalanan proses pendidikan anak bangsa yang sungguh memprihatinkan. Mengedepankan keikhlasan dalam segala keterbatasan, sabar menghadapi persaingan yang semakin maju. Namun dengan semangat para pelaku didalamnya, baik dari guru maupun siswa (yang disebut sebagai Laskar Pelangi) mampu membangun diri dan nama baik sekolah, serta berhasil membawa perubahan bagi masa depan anak didiknya. Disisi lain, penulis novel mampu menggambarkan sebuah realitas kehidupan masyarakat Belitong, hidup dibawah garis kemiskinan yang mempunyai kemauan untuk belajar.
Novel Laskar Pelangi mempunyai power yang menghembuskan nilai-nilai pendidikan Islam. Sebagaimana Andrea Hirata mampu mendeskripsikan pesan moral dan sosial tentang realitas pendidikan yang terjadi pada zamannya. Sehingga dalam kaitannya dengan cerita itu, dapat diambil sebuah analisis tentang kandungan nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Laskar Pelangi. Dalam hal ini, penulis berinisiasi untuk melakukan penelitian yang bersifat analitik tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Laskar Pelangi.

B.     Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul diatas dan agar mudah dimengerti maksudnya, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan istilah-istilah dan batasan-batasan yang ada pada judul proposal skripsi yang penulis susun. Adapun istilah yang dimaksud adalah:
1.      Nilai Pendidikan Islam
Untuk dapat mengungkapkan pengertian nilai pendidikan Islam kami mencoba mengartikan nilai dan pendidikan Islam. Nilai adalah kadar, mutu, sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.[10]
Menurut Milton Rokeach dan James Bank yang dikutip oleh H. Una, menjelaskan bahwa “nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan atau mengenai sesuatu yang pantas dan tidak pantas untuk dikerjakan”.[11]
Pendidikan Islam adalah proses bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengaasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[12]
Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan  cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi dalam masyarakat.[13]
Nilai yang dimaksud dalam pendidikan Islam adalah sesuatu yang berkenaan dengan identitas yang khusus dalam ajaran Islam. Sebagaimana diungkap Zakiah Daradjat bahwa nilai pendidikan Islam adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberi corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, maupun perilaku.[14]
Jadi, Nilai Pendidikan Islam yang dimaksud penulis adalah muatan yang mengandung taksiran sebagai proses bimbingan untuk mengubah peserta didik terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut Islam dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi yang sesuai dengan ajaran Islam.
2.      Novel Laskar Pelangi
Novel Laskar Pelangi merupakan novel karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka tahun 2005 dan merupakan novel paling fenomenal karya anak bangsa dalam sejarah sastra Indonesia. Sejak diterbitkan September 2005 , novel itu sudah naik cetak hingga 17 kali dan terjual sekitar 200 ribu eksemplar.
3.      Andrea Hirata
Andrea Hirata adalah seorang penulis sastra yang tidak dihitung sebelumnya, lahir pada 24 Oktober di Belitong. Penulis Novel Laskar Pelangi ini, mengangkat memoar masa kecilnya ketika masih sekolah di sebuah SD di Belitong. Hasil karya sastranya sukses dan fenomenal. Sekarang selain menjadi seorang penulis, dia juga menjadi salah satu pegawai Telkom Pusat di Bandung. Lulusan Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Tesis Andrea Hirata di bidang telekomunikasi ekonomi mendapat penghargaan dari dua universitas tersebut dan kembali lulus dengan hasil cumlaude.  
Dari definisi operasional tersebut, maka yang dimaksud dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel Laskar Pelangi adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk menemukan Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi.

C.    Rumusan Masalah
Apa saja Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?

D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
a.       Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pemikiran Andrea Hirata dalam Novel Laskar Pelangi.
b.      Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Laskar Pelangi.
2.      Manfaat Penelitian
a.       Secara akademik dapat menambah referensi bagi mahasiswa Jurusan Tarbiyah dan Perpustakaan STAIN Purwokerto.
b.      Menambah pengalaman dan ilmu bagi penulis dan pihak lain mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Laskar Pelangi.
c.       Menampilkan cakrawala akan pentingnya karya yang mencoba memberikan penyadaran akan pentingnya karya sastra bagi pelaku pendidikan yang selama ini masih asing dengan karya sastra sebagai media pendidikan.

E.     Tinjauan Pustaka
Nilai dalam pandangan Brubacher, tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya. Dalam ensiklopedi Britannica dikatakan bahwa: “value is a determination or quality of an object which involves any sort or apriciation or interest”. Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat.[15]
Sidi Gazalba mendefinisikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkret bukan fakto, tidak hanya persoalan benar salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki yang disenangi yang tidak disenangi.[16] 
Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.[17]
Pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.[18]
Novel dalam bahasa Inggris dan ilmiah yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Italia Novella (yang dalam bahasa Jerman Novelle) secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil cerita pendek dalam bentuk prosa, dewasa ini istilah Novella dan Novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia Novelle (Inggris : novellet) yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.[19] 
Disadari atau tidak, banyak nilai-nilai Islam yang terkandung di dalam Novel Laskar Pelangi: 1) Melihat sosok Ibu Muslimah yang dengan ikhlas berjuang mendidik dan memajukan SD Muhammadiyah yang tertinggal dengan sekolah lain. 2) Ketundukan kepada Sang Khalik, ketika Ibu Muslimah menanamkan dasar-dasar moral ke-Islaman, menggali nilai-nilai luhur dalam diri sendiri agar berperilaku baik karena kesadaran pribadi. 3) Gambaran tentang kesabaran, dengan kondisi yang serba kekurangan dengan imbalan tak seberapa yang didapat setiap bulannya oleh Ibu Muslimah. Kesabaran anak-anak Laskar Pelangi untuk hidup dalam keterbatasan secara financial. 4) Islam mengajarkan carilah ilmu sampai ke negeri Cina dan menuntut ilmu dari ayunan sampai liang lahat. 5) Optimis dalam menjalani hidup meraih cita-cita.[20]
Menurut hasil penelitian saudari Ririh Yuli Atminingsih bahwa nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi, yaitu: iman, syukur, taqwa, ikhlas, tawakal, sabar, berfikir positif, disiplin, menjadi contoh yang baik, tekad kuat dan kerja keras, mendahulukan kewajiban terhadap orang tua dibandingkan hak, beradaptasi dan bersikap baik terhadap lingkungan, membantu meringankan beban orang tua, silaturahmi, tidak merendahkan golongan lain, baik sangka rendah hati, menepati janji, lapang dada, dan dapat dipercaya. Selain itu, pemanfaatan novel Laskar Pelangi dalam pembelajaran novel di SMA, yaitu: membantu keterampilan dalam berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.[21]
Kemudian hasil penelitian Saudari Aldila Novrinda menunjukan bahwa wacana yang ingin disampaikan melalui teks-teks novel adalah nilai-nilai pendidikan yang digambarkan paling penting kaitannya dengan pendidikan karakter sebagai basic values, utamanya melalui karakteristik budaya Belitong. Nilai-nilai pendidikan yang diangkat dalam novel Laskar Pelangi adalah seperti nilai keutamaan, nilai kecintaan tanah air, nilai kemanusiaan, bahkan wacana agamis menjadi satu unsur tambahan yang menjadikan novel Laskar Pelangi sebagai salah satu acuan tentang bagaimana nilai.[22]
Dalam skripsi Saudari Ngafiyah yang berjudul Manifestasi Cinta dalam Perspektif Pendidikan Akhlak (Studi Analisis Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy) STAIN Purwokerto tahun 2008, digambarkan bahwa novel sebagai media pendidikan memberikan pemahaman tentang bagaimana manifestasi cinta yang terdapat dalam novel ayat-ayat cinta yaitu di wujudkan dalam bentuk cinta kepada Allah, cinta kepada rasul, cinta keibuan, cinta diri, cinta persahabatan serta cinta erotik. Sedangkan relevansi manifestasi cinta dalam novel ayat-ayat cinta dengan pendidikan akhlak adalah bahwa cinta kepada Allah, cinta kepada rasul, cinta keibuan, cinta diri, cinta persahabatan, serta cinta erotik di arahkan untuk beribadah kepada Allah semata sehingga menjadi manusia sempurna.[23]     
Pada hasil penelitian skripsi Afifah Nur Hidayah yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Lagu Anak-Anak Islam Ciptaan AT Mahmud STAIN Purwokerto tahun 2008, menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam lagu anak-anak Islam ciptaan AT Mahmud yaitu nilai akhlak, nilai keimanan, nilai ibadah. Dalam wawancara dengan AT Mahmud pada tanggal 26 Juni 2008, menjelaskan bahwa nilai yang terkandung dalam lagu anak-anak Islam yaitu sebagian besar adalah nilai akhlak.[24]
Penulis menyadari bahwa penelitian tentang novel telah banyak dilakukan, bahkan terjadi sedikit persamaan penelitian tersebut yaitu mengungkap nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai Islam yang ada dalam novel Laskar Pelangi. Namun demikian, melihat latarbelakang yang penulis angkat berbeda. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama penelitian adalah apa saja nilai-nilai pendidikan Islam dan bagaimana analisis nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi.
Secara mendasar penelitian tentang Novel Laskar Pelangi di lingkungan akademis STAIN Purwokerto belum pernah dilakukan, khususnya yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Laskar Pelangi. Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah bagaimana melakukan eksplorasi atas kandungan nilai-nilai pendidikan Islam. Novel Laskar Pelangi mampu memberikan inspirasi bagi jutaan pembaca, karena menceritakan tentang pendidikan anak bangsa, semangat para pelaku didalamnya, baik dari guru maupun siswa yang hidup dibawah garis kemiskinan akan tetapi mempunyai semangat belajar untuk perubahan masa depannya.


    
F.     Metode Penelitian
1.      Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka atau Library Research. Adapun yang dimaksud penelitian pustaka adalah menjadikan bahan pustaka berupa buku, majalah ilmiah, dokumen-dokumen dan materi lainnya yang dapat dijadikan sumber rujukan dalam penelitian ini.[25]
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan melakukan kategorisasi yang kemudian diinterpretasikan secara deskriptif-analisis (menggambarkan terhadap data yang telah terkumpul kemudian memilih dan memilah data yang diperlukan yang sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini).
Pendekatan kualitatif disini merupakan suatu pendekatan dengan menggunakan data non angka atau berupa dokumen-dokumen manuskrip maupun pemikiran-pemikiran yang ada dimana dari data tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan relevansinya dengan pokok permasalahan yang dikaji.
2.      Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Laskar Pelangi.
3.      Sumber Data
Penelitian pustaka maksudnya adalah menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data pustaka (primer) dan buku-buku lain sebagai pendukung yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dihadapi (sekunder). Adapun sumber data itu sebagai berikut:
a.       Sumber Primer
Sumber Primer dalam penilitian ini adalah sumber asli baik berbentuk dokumen maupun peninggalan lainnya.[26] Dalam hal ini data diperoleh secara langsung dari objek penelitian yaitu nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Laskar Pelangi, sumber primernya adalah:
1.      Andrea Hirata, Novel Laskar Pelangi, Yogyakarta: Bentang, 2008.
2.      Andrea Hirata, Sang Pemimpi, Yogyakarta: Bentang, 2008.
3.      Karni S. Asrori, The Phenomenon, Jakarta: Mizan Publika, 2008.
4.      Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998.
5.      Suminto A. Sayuti, Berkenalan dengan Prosa Fiksi, Yogyakarta: Gama Media, 2000.
b.      Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan hasil penggunaan sumber-sumber lain yang tidak langsung dan sebagai dokumen yang murni ditinjau dari kebutuhan peneliti.[27] Sumber sekundernya adalah:
1.      Al-Syaibany, Oemar Muhammad, Al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
2.      Ali Zainudin, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
3.      Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Terj), Jakarta: Pustaka Amani, 1999.
4.      Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2007.
5.      Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
6.      Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
7.      Abdurrahman an-nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung: IKAPI, 1989
8.      D, Marimba Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1964.

9.      Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, Jakarta: Alkhusna Zikra, 1988.
10.  Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
11.  Kamrani Buseri, Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah (Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer), Yogyakarta: UII Press, 2003.

12.  M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
13.  Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Mayarakat, Yogyakarta: LKIS, 2009.
14.   Muhammad Ghoni Djunaedi, Nilai Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
15.  Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993.
16.  Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Maarif, 1993.
17.  Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994.
18.  Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
4.      Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mengumpulkan data-data berupa tulisan yang relevan dengan permasalahan fokus penelitian.[28] Metode ini dilakukan dengan cara mencari dan menghimpun bahan-bahan pustaka berupa catatan transkrip, buku, agenda, surat kabar, majalah dan lain sebagainya, untuk ditelaah isi tulisan terkait dengan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Laskar Pelangi.
5.      Analisis Datas
Analisis data merupakan penguraian atas data hingga menghasilkan kesimpulan. Adapun metode analisis data yang dipakai untuk menganalisis pembahasan ini adalah metode analisis kualitatif dengan menggunakan analisis isi (content analysis). Metode ini digunakan untuk mengetahui prinsip-prinsip dari suatu konsep untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif-sistematis tentang suatu teks.[29]
Dalam penelitian ini juga menggunakan analisis komparatif yaitu suatu usaha untuk mencari pemecahan masalah melalui analisa tentang hubungan sebab akibat, yaitu meneliti faktor-faktor terentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan dengan faktor-faktor lain.[30]
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam alur berfikir yaitu:
a.       Metode Berfikir Deduktif yaitu metode yang dapat digunakan untuk menganalisa kebenaran umum mengenai suatu fenomena atau fakta-fakta dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut untuk mengambil kesimpulan yang bersifat khusus.[31] Artinya peneliti menggali data yang bersifat umum seperti dalil tentang metode pendidikan kemudian dikaji lagi secara khusus.
b.      Metode Berfikir Induktif yaitu metode berfikir yang dapat digunakan untuk menganalisa masalah atau fenomena yang bersifat khusus untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum.[32]

G.    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat sistematika penulisan yang tergambar pada skripsi dan paparan di bawah ini, untuk mempermudah dalam membaca sehingga lebih sistematis dan tidak terdapat atau terhindar dari kerancuan kaidah sistematika penulisan skripsi.
Bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, pernyataan keaslian skripsi penulis, nota dinas pembimbing, halaman pengesahan, halaman moto, halaman persembahan, halaman kata pengantar dan daftar isi yang menerangkan isi skripsi secara keseluruhan.
Pada bab pertama membahas tentang pokok-pokok pikiran dasar yang menjadi landasan bagi pembahasan selanjutnya. Dalam bab ini tergambar langkah-langkah penulisan awal dalam skripsi yang dapat mengantarkan pada pembahasan berikutnya yang terdiri dari: latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Kemudian pada bab kedua memuat tentang landasan teori yang meliputi: nilai-nilai pendidikan Islam dan novel sebagai karya sastra, berisikan: nilai-nilai pendidikan Islam meliputi: pengertian nilai, kriteria nilai-nilai pendidikan Islam, bentuk nilai-nilai pendidikan Islam dan metode penanaman nilai-nilai pendidikan Islam. Selanjutnya novel sebagai karya sastra meliputi: pengertian novel, fungsi-fungsi novel, macam-macam novel, unsur-unsur novel.
Pada bab ketiga membahas tentang novel laskar pelangi yang meliputi: sinopsis Novel Laskar Pelangi, biografi penulis Novel Laskar Pelangi, paradigma pemikiran Andrea Hirata, fenomenologi Novel Laskar Pelangi.
Kemudian bab keempat membahas tentang hasil dari penelitian terkait dengan kandungan nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Laskar Pelangi yang menyangkut: macam-macam nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Laskar Pelangi, keunggulan dan kelemahan Novel Laskar Pelangi.
Terakhir yaitu bab kelima, memuat tentang penutup. Pada bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang: kesimpulan, saran-saran penulis dan kata penutup.



[1] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan  Pendekatan  Interdisipliner), ( Jakarta: Bumi Aksara, 1991),  hlm. 11.
[2] Ibid, hlm. 12.
[3] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 146.
[4] Mustofa Rahman, Abdullah Nasih Ulwan Pendidikan Nilai dalam Pemikiran Islam Kontemporer, (Pengantar Mulyadi Kartanegara), (Yogyakarta: Jendela, 2003), hlm. 33.
[5] Suminto A Sayuti, Berkenalan dengan Prosa Fiksi, (Yogyakarta: Gama Media, 2000), hlm. 5.
[6] Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam, (Bandung: IKAPI, 1989), hlm. 32-35.
[7] Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Metode, hlm. 331.
[8] Abdul Aziz dan Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terj.Syarif Hade Masyah Makhfud Lukman Hakim, (Mastakim:  2003), hlm. 12-13.
[9] Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), hlm. 533.
[10] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm. 677.
[11] Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),  hlm. 60.
[12] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 14-15.
[13] Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 399.
[14] Sebagaimana dikutip oleh Afiyati, dalam Metode Penanaman Nilai Agama Pada Anak Prasekolah, (Purwokerto: Skripsi STAIN Purwokerto, 2004), hlm. 41.
[15] Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 109.
[16] Chabib Thoha, Kapita Selekta, hlm. 61.
[17] D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1964), hlm. 23.
[18] Muhaimin & Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan, hlm. 136.
[19] Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 1988), hlm. 10.
[20] Disarikan dari http://Kampoeng Kedah-Untaian Ayat dari Laskar Pelangi.com, diakses tanggal 29 April 2009.
[21] Disarikan dari http://digilid.uns.ac.id, diakses tanggal 10 Mei 2009.
[22] http://adln.lib.unair.ac.id, diakses tanggal 11 Mei 2009.
[23] Ngafiyah, Manifestasi Cinta dalam Perspektif Pendidikan Akhlak (Studi Analisis Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy), (Purwokerto: Skripsi STAIN Purwokerto, 2008), hlm. 97.
[24] Afifah Nur Hidayah, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Lagu Anak-Anak Islam Ciptaan AT Mahmud, (Purwokerto: Skripsi STAIN Purwokerto, 2008), hlm. 77-79.
[25] Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm. 9.
[26] Winarno Surakhmad, Pengantar Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 1994), hlm. 134.
[27] Ibid, hlm. 134.
[28] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 2002), hlm. 135.
[29] Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif , (Jakarta: Grasindo, 1996), hlm. 44.
[30] Winarno Surakhmad, Pengantar Ilmiah: Dasar, hlm. 143.
[31] Saefudin Azhar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 40.
[32] Saefudin Azhar, Metode Penelitan,  hlm. 40.